Tipe
Permasalahan dan Keputusan
Permasalahan dan keputusan adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan, dimana
tipe permasalahan akan berhubungan dengan tipe keputusan yang diambil. Sebagai
contoh, keputusan pemesanan kembali persediaan (raw materials) adalah tipe
salah satu permasalahan yang sangat rutin, sebab sudah di definisikan dengan
jelas alternatifnya, dan dengan mudah dapat dikalkulasi serta secara
keseluruhan dapat ditangani melalui prosedur yang baku. Sebaliknya, keputusan
yang menyangkut produk baru (new product) atau pemanfaatan peralatan baru
merupakan permasalahan yang tidak rutin. Secara umum difahami bahwa keputusan
yang tidak rutin biasanya ditangani pimpinan puncak (top management), dan
keputusan rutin ditangani lebih banyak menejer tingkat menengah dan bawah.
Dengan meminjam istilah komputer, tipe-tipe keputusan dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok besar (Simon, 1976).
Pertama :
1.
Tipe Keputusan yang Terprogram
(Programmed Decision), dan
2.
Tipe Keputusan yang Tidak Terprogram
(Unprogrammed Decision).
Kedua :
1.
Tipe Keputusan dengan Kondisi Pasti
(Certainty Decision), dan
2.
Tipe Keputusan Berisiko dan Tidak Pasti
(Under Risk and Uncertainty)
Tipe
Keputusan yang Terprogram (Programmed Decision)
Keputusan yang terprogram adalah keputusan yang terstruktur dengan baik dan
sifatnya berulang-ulang berdasarkan kebiasaan, aturan main atau prosedur baku.
Karena permasalahan seperti ini sering muncul dalam organisasi maka prosedur
baku sangat diperlukan. Sekarang ini terjadi perkembangan pesat dalam keputusan
yang terprogram sebagai akibat penggunaan computer yang mendasari system
informasi dan teknik matematika yang disebut penelitian operasional (operation
research).
Model matematis yang ditopang program komputer dapat digunakan untuk
mendeskripsi dunia nyata atau masalah yang dihadapi dan dapat ditelusuri
pengambilan keputusannya.
Analisa hirarkhi proses (AHP) salah satu contoh model keputusan yang terprogram
yang mendapat banyak perhatian, untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan penentuan prioritas dan alokasi sumber daya atau pemilihan
alternative proyek-proyek lainnya.
Tipe
Keputusan Tidak Terprogram (Unprogrammed Decision)
Tipe keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang unik atau di luar kebiasaan. Jika muncul masalah yang
tidak mampu diliput oleh kebijakan-kebijakan atau mungkin sangat memerlukan
perlakuan khusus, maka permasalahan tersebut harus ditangani atau diselesaikan
dengan tipe keputusan yang tidak terprogram. Misalnya masalah perluasan usaha
perusahaan dan pelemparan produk baru ke pasaran (new product), peraturan atau
kebijakan baru dari pemerintah (regulasi dan deregulasi), biasanya sangat sulit
dideteksi atau deprogram, sebab terlalu banyak factor yang terlibat dan
mempengaruhi perilaku factor tersebut.
Keadaan seperti ini, seorang pengambil
keputusan harus mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan (judgement),
intuiasi (intuition), dan kreativitas (Creativity) di dalam pendekatan
heuristics (Tannembaum, 1968).
Pertimbangan dan intuisi umumnya muncul dari sejumlah pengalaman seseorang.
Keduanya merupakan pengetahuan manajerial dan bakat yang disebut sebagai
“kearifan yang tersaring” (disilled wisdom).
Pengambilan keputusan kreatif terjadi bila lingkungan yang dinamis banyak
mendatangkan masalah-masalah yang tidak terstruktur bagi organisasi, sehingga
kreativitas sangat bernilai di dalam keputusan yang tidak terprogram. Konsep
ini yang mendasari kemunculan ide-ide yang asli dan murni, karena konsep ini
melibatkan cara yang unik dalam memandang sebuah permasalahan atau alternatif
pemecahan.
Kreativitas dilihat dari segi
perseorangan, atau individu dan organisasi.
Kreativitas
Perorangan; pertanyaan
selalu muncul yaitu apa yang membuat seseorang kreatif?. Jawaban pertanyaan ini
sebagian besar diarahkan kepada sejumlah karakteristik umum yang biasanya
dimiliki oleh seseorang (Kelly, 1965). Karakteristik seseorang yaitu
ketidaktergantungan kepada orang lain adalah orang-orang cerdas; memiliki
keinginan yang tinggi, wawasannya terbuka dan objektif, memiliki aspirasi yang
tinggi, serta secara relatif memiliki pengendalian diri.
Kreativitas
Organisasi; dimana
iklim dan struktur organisasi mempengaruhi perkembangan seseorang melihat
kreasi. Faktor pengawasan atau supervise mempengaruhi peningkatan kreativitas,
bila supervise memiliki kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan di antara bawahan
(Gordon dan Morse, 1968). Oleh karena itu, salah satu tugas seorang pengawas
adalah menciptakan iklim organisasi yang dapat membangkitkan ide-ide baru.
Simon membedakan tipe keputusan dan teknik pengambilan keputusan, yaitu
tradisional dan modern (Stoner, 1992).
Sumber: